IMPLEMENTASI
KAJIAN EKOLOGI MANUSIA
OLEH
:
ALUDIN
AL AYUBI, S.Pi
A.
Kualitas
Manusia dan Lingkungan
Pertumbuhan
penduduk yang cepat meningkatkan permintaan
kebutuhan dasar (pangan, pemukiman, ketentaraman). Sumber daya alam dari
lingkungan (air, mineral, tumbuhan, hutan pertanian, ikan, dan satwa lain).
Pemanfaatan sumber daya alam selain memproduksi bahan komsumsi, juga
menghasilkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Berbagai limbah tersebut dapat
mengubah tatanan lingkungan, seperti terjadinya pencemaran (air, tanah, udara,)
serta punahnya berbagai tumbuhan dan satwa. Keruskan lingkungan pada tingkat
tertentu dapat mengganggu kegiatan manusia, antara lain beberapa kasus
kelangkaan air, bersih, dan kenyamanan bermukim.
Pada
dasarnya masalah lingkungan dapat diakibatkan oleh peistiwa alami maupun
nonalami yakni kegiatan manusia. Masalah tersebut seharusnya dapat dicegah atau
diminimalkann selama manusia mengerti dan menyadari keterkaitannya dengan
lingkungan. Meskipun kepedulian manusia terhadap lingkungan dewasa ini semakin
meningkat, namun karena bearnya tekanan penduduk, maka kondisi manusia dan
lingkungan masih perlu ditingkatakan.
1.
Kualitas
Anak dan Lingkungan
Peranan anak
sebagai generasi penerus, perlu dipersiapkan kualitasnya dengan pemenuhan
kebutuhan fisik dan non fisik agar pada waktunya dapat tampil dengan kualitas
yang tinggi.
a. Status
Gizi Anak
Keadaan
gizi anak di Indonesia menunjukan kurang dari 50 persen balita yangb termasuk
gizi cukup. Sebagian besar (>50%) menderita kurang gizi dari tingkat ringan
hingga berat. Oleh karena itu, usahah peningkatan gizi anak masih sangat
diperlukan di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan denga distribusi bahan pangan
antara daerah secara merata, peningkatan komsumsi dan zat gizi, peningkatan
koordinasi program gizi secara lintas sector, dan pengandalian tingkat komsumsi
gizi berlebihan.
b. Penyakit
dan Kematian Anak
Tingkat
kematian balita di Indonesia tahun 2001 sekitar 40 persen dari total kematian.
Penyebab kematian anak usia kematian 1-4 tahun terbanyak (28%) adalah penyakit
campak, dan 27% akibat diare, dan sisa
(45%) akibatpenyakit lain. Penebab kematian 19% jumlah usia anak dibawah usia 1
tahun adalah tetanus, 181% disebabkan gangguan pernapasan, 16% akibat diare,
dan 14% disebabkan infeksi saluran
pernapasan (ISPA), sisanya (33%) akibat penyakit lain. Penyebab kematian
terbanyak (42%) anak dibawah usia 1 bulan adalah gangguan perinatal 40%
disebabkan tetanus, dan 6% akibat kelainan bawaan, sisanya (12%) akibat
penyakit lain. Penyebab kematian terbanyak (24%) anak usia 1-11 bulan adalah
penyakit tetanus, diikuti 22% disebabkan oleh ISPA, sisanya (54%) akibat
berbagai penyakit lain (KMNKLFL, 1988).
Data
diatas menunjukan bahwa kematian anak balita pada umumnya banyak disebabkan
oleh senitasi lingkungan yang jelek, dan masih kurang perhatian sebagai sebagai
besar orang tua terhadap pentingnya imunisasi.
c. Anak
Terlantar dan Kriminalitas
BPS (2001) melaporkan
bahwa sejak tahun 1985, jumlah anak
terlantardi Indonesia tercacat 2,8juta jiwa,hingga tahun 1988 menjadi 3,5juta
jiwa. Hal itu ditentukan oleh factor rendahnya tingkat pendidikan dan
kemiskinan, sehinggga mengubah perilaku anak-anak, yang terwujud dalam tindak
kenakalan dan tindak criminal. Data
kenakalan anak-anak di Indonesia menunjukan peningkatan selama tahun 1985-1989
dari 55 ribu menjadi 78 ribu aqnak usia 6-12 tahun. Prediksi analitis factor
penyebab atau pengaruh terjadinya kondisi seperti ini adalah belum berhasil
sepenuhnya pendidikan agama dan budi pekerti, di samping factor kemiskinan dan
pendidikan umum.
2.
Kondisi
Kependudukan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk
Indonesia cukup besar dan selalu meningkat, jika pada tahun 1950 sebanyak 78
juta jiwa, menjadi 179 juta jiwa pada tahun 1990 dan 237,6 juta jiwa pada tahun
2010.
Dampak
pertumbuhan penduduk antara, lain dapat ditunjukan secara komparatif
pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi pangan (beras). Pertambahan
penduduk setelah tahun 1983tren relative sejajarb dengan pertambahan produksi
beras. Hal ini bahwa jika kondisi tersebut berlanjut maka akan terjadi krisis
pangan pada masa mendatang
b. Kepadatan
Penduduk
Kepadatan
penduduk.Indonesian meningkat dari 85 juta/km2 pada tahun 1985menjadi 93 jiwa/
km2 pada tahun 1989, dan 124
jiwa/km2 pada tahun 2010.
Pada tahun 1989 keoadatan tertinggi tetap. Tekanan penduduk yang terus
bertambah ini menyeabakan penurunan kualitas hidup, baik kualitas manusia dan
lingkungan. Misalnya, perkembangan sector informal yang sulit dilakuakan
pengaturan; semakin besar tingkat pengangguran, peningkatan volume sampah kota;
perkembangan pemukiman kumuh, dan penurunan sanitasi lingkungan.
c. Rasio
Ketergantungan dan Sturktur Penduduk
Pada tahun 1985
angka beban tanggungan Indonesia mencapai 75. Angka ini turun menjadi 70 pada
tahu 1987, dan 68 pada tahun 1990. Ini
bearti bahwa pada tahun1990 setiap 100 orang produktif menanggung 68 orang
nonproduktif. Beberapa factor yang mempengaruhi angka beban tanggungan, antara
lain besarnya jumlah penduduk usia mudah (0-14) dan tingkat pengangguran.
Emakin besar jumlah penduduk usia mudah, maka, tanpa memperluas kesempatan
kerja angka beban tanggungan semakin meningkat
d. Tingkat
Kelahiran dan Kematian
Angka kematian
bayi pada tahun 1987 mencapai 65 dan turun menjadi 58 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 1988. Disbanding dengan Negara-negara Asean, Indonesia tahu 1987
menepati urutan tertinggi dalam angka kematian bayi diikuti Filipina, Thailan,
Malaysia, da Singapura masing-masing sebesar 46,40,24 dan 9/ 1000 kelahiran
hidup (Unicef, 1988). Tingkat kematian/1.000 penduduk pada tahun 1985/1986
mencapai 7/1.000 penduduk dengan kematian tertinggi disebabkan oleh penyakit
diare. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya kualitas air, banyaknya
sampah, serta buruknya sanitasi lingkungan. Angka harapan hidup menunjukan
perkembangan yang semakin baik, dari 1987.
Angka kelahiran
kasar (CBR) dalam kurun waktu 1950-1964 berkisar antara 42 dan 45. Pada awal p0elita
I, CBR Indinesia mencapai 43, sedangkan pada akhir pelita IV tercacat sebesar
29 yang berarti terjadi penurunan sebesar 34% selama kurun waktu tersebut. Di
bandingkan CBR Asia dengan 25 dan dunia 26 pada priode 1985-1990, maka CBR
Indonesia masih relatif tinggi. Pada akhir tahun 1988 TFR I ndonesia mencapai
3,4 sedangkan 1 PR Asia sebesar 3,1 dan dunia 3,3.
e. Migrasi
Penduduk
Data Supa, 2008,
menunjukan pada proporso penduduk migrasini di Indonesia mencapai angka 14,7%
dari jumlah penduduk. Apabilah
dibandingkan antara proporsi migrasi antar kabupaten. Di beberapa pulau
seperti Bali, Nusa Tegara dan Sulawesi
proporsi migrasi antar kabupaten lebih besar dari pada proporsi migrasi antar
propinsi. Di pulau Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Irian jaya, prpporsi
migrasi anrar propinsi tampak lebih besar dari pada prpporsi migrasi antar
kabupaten. Di pulau Jawa perbandingan antar keduanya hampir seimbang.
Arus migrasi
antar propinsi ini kemungkinan disebabkan adanya propinsi yang banyak menerima
tranmigrasi, atau mempunyai keadaan social ekonomi yang baik. Hasil analisis
data Supas 1985 menunjukan bahwa migrasi di Pulau Jawa banyak mengalir ke kota.
Hal ini disebabkan oleh factor pendidikan, ekonomi dan sosial budaya yang
merupakan daya tarik kuat.
f. Pendidikan
Berdasarkan
Supas 1985 masih terdapat 19% penduduk berumur 10 tahun yang buta huruf. Di lihat dari tingkat pendidikan yang tamat,
pada tahun 2006 masih terdapat 16% penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak/ belum sekolah dan 70% adalah perempuan. Ini
merupakan penurunana dibandingkan tahun 1985 yaitu sebesar 19 persen. Penduduk
yang hasil menamatka pendidikan akademi/ diploma dan universitas sebesar 0.7%
pada tahun 2009, dan ini suatu peningktan dibandingkan denga tahun 2005 yaitu
sebesar 0,6%.
g. Tingkat
Pengangguran
Pengangguran
adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan menurut refrensi waktu tertentu. Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (KTAP) pada tahun 1986 sebesar 70,2 juta orang (57,3%) dan pada tahun
1987 meningkat memjadi 72,2 juta orang (57,4%). Jumlah penduduk yang mencari
pekerjaan pada tahun 1936 tercacat sebesar 1,9 juta orang atau 2,7 persen dari
jumlah angkatan kerja. Adapun pada tahun 1987 tercacat sebesar 1.843 juta orang
atau 2,5% dari jumlah angktan kerja.
h. Pendapatan
dan Kemiskinan
Prodik Domestik
Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, pada tahun 1983 mencapai 77 trilyiun
rupiah meningkat menjadi 139 trilyun rupiah pada tahun 1988. Di antara
Negara-negara. Asean , laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1985
berada di urutan pertama yaitu sebssar 6persen dan turun menjadi 5,7% pada
tahun 1988. Dalam PDB tahun 1988 atas dasar harga konstan 1983, peranan sector
pertanian menduduki urutan pertama dengan sumbangan sebesar 21% , diikuti
sector industry pengolahan 18 persen dan pertambangan 16%. Di bandingkan dengan
PDB tahun 1987, sector pertanian tidak meningkat peranannya
Hingga maret
2010, kemiskinan di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33% .Angkah
tersebut dinilai turun sekitarb 1,51 juta jiwa dibandingkan tahun 2009
berjumlah 32,53 juta (14,15%) dengan perttumbuhan ekonomi 5,6%.
3.
Peningkatan
Kualitas Manusia
a. Keluarga
Berencana
Untuk
meningkatkan nlaju pertumbuhan penduduk selain program keluarga berencana (KB),
juga dapat dilakukan melalui penerapan pengajaran anak, penundaan usia kawin,
dan penciptaan norma, keluarga kecil bahagia dan sejahttera (NKKBS).
Tranmigrasi dilakukan dalan rangka mengatasi persebaran penduduk yang tidak
merata, sedangkan peningkatan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan perluas
kesempatan kerja dilakukan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Transmigrasi
Pelaksanaan
transmigrasi dimaksudkan sebagai upaya memecahkan masalah-masalah yang timbul
oleh adanya ketikseibangan penyebaran dan tenga kerja.
c. Perbaikan
Gizi
Jika mendasarkan
pada keadaan gizi anak Indonesia, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan status
gizi kurang menjadi gizi cukup, sehingga minimal mencapai 60% dari banyak
balita. Ststus gizi balita secara khusus perlu ditingkatkan, karena pada
kelompok umur ini justru terjadi kenaikan jumlah balita yang kurang gizi. Hal
ini berarti perbaikan gizi harus
diarakan pada perbaikan jenis pangan melalui pencitaan pangan yang berprotein dan
kualitas tinggi, serta harga yang terjangkau terutama penduduk di pedesaan.
Upaya lain adalah memberikan penyuluhan tentang aneka ragam dan jenis makanan
yang bergizi. Semua upaya ini terpadu dengan program kesehatan dan pendidikan
agar tercapai hasi yang optimal.
d. Pemberantasan
Penyakit
Dalam usaha
mengurangi jumlah penderita sakit dan angkah kematian, maka perioritas
pemberantasan diarahkan terhadap penyakit menular penyebab kematian, terutama
yang terjadi di kalangan anak-anak dan penduduk usia prodiktif dengan jalan
imunisasi BCG, DPT, polio, dan campak yang telah mencapai target sebesar 65%
pada pelita IV.
Upaya lain yang
dilakukan adalah nonmedis melalui program penyedian air bersih dan perbaiakan
sanitasi lingkungan berupa pembangunan jamban keluarga, jamban sekolah, serta
sarana penunjanglainnya seperti sumur, saluran air hujsn, saluran air kotor,
dan tempat pembuangan sampah.
e. Fasilitas
Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pengadaan tenaga
pengajar yang berkualitas merupakan salah satu usah peningkatan fasilitas
pendidikan. Rasio murid terhadap guru di Indonesia untuk tingkat SD pada tahun
1987/1989 sebesar 24,1 dan pada tahun
1988/1989 turun menjadi 23,6; untuk tingkat SMTP pada tahun 1987/1988 sebesar
16,3 dan pada tahun 1988/1989 turun menjadi 15,6 ; untuk tingkat SMTA pada
tahun 1987/1988 ssebesar 14,2 dan pada tahun 1988/1989 turun menjadi 13,4 sedangkan rasio
mahasiswa terhadap dosen untuk tingkat
perguruan tinggi pada tahun 1987/1988 sebesar 24,3 dan pada tahun 1988/1989
turun menjadi 23,7. Provinsi dengan rasio murid terhadap guru tertinggi untuk
tingkat SD adalah Lampung (30,9) dan yang terrendah adalah Sulawesi utara
(15,8): untuk tingkat SMTP yang terenda adalah Bali (12,1); untuk tingakat
SMTA, yang tertinggin adalah Maluku
(18,1) dan yang terendah adalah Di Yogyakarta (10,5). Rasio mahasiwa terhadap
dosen untuk tingkat perguruan tinggi tertinggi adalah DI Aceh (36,8) dan yang
terendah adalah Bengkulu(11,8).
B.
Manusia
dan Penggunaan Lahan
1. Perubahan Penggunaan Lahan
Tingginya
pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, dalam kurun waktu 1920-1980,
menyebabkan jumlah penduduk perkotaan berkembang 11 kali lipat yaitu dari 2,8
juta hingga mencapai 33 juta jiwa.pada tingkat trtentu kota tidak lagi mampu
menampung beban penduduk yang sedemikian besar. Gejala urban sprawl (penjarahan
wilayah terbangun hingga melewati batas administratif kota) dan konurbasi (penyatuan beberapa kota)
merupakan akibat dari tingginya penduduk kota. Dalam kurun waktu 1980-1985 lua
wilayah perkotaan di Indonesia telah bertambah sebesar 370.000 hektar.
Akibatnya tentu berpengaruh pada daerah nonperkotaan. Pada periode 1980-2000,
diperkirakan luas lahan pertanian dipulau Jawa berkurang sebesar 10 persen.
Lingkungkungan
pemukiman kumuh, padat dan kotor banyaknya dijumpai di sekitar pusat kota,
seperti di bataran sungai dan wilayah sempadan rel kereta api,semua ini
mengakibatkan menurunya kualitas lingkungan. Untuk mengatasi hal ini pemerintah
melaksanakan seperti program perbaikan kampong, konsolidasi lahan dan program
peremajaan kota (urban renewal), yaitu antara lain dengan pembangunan rumah
susun dan rumah sewa serta fasilitas perkotaan lainnya.
2.
Penggunaan
Lahan Sekarang
a. Lahan
Pemukiman Kota
Pada awal
daswarsa 1990-an, penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perkotaan sudah
mencapai 26%.
b. Lahan
Pertanian
Sekitar 15 juta
hektar lahan digunakan untuk menghasilkan komoditas pangan seperti bera, jagung
kacang-kanganan dan ubi kayu pada tahu 1986. Akibat kebutuhan pangan semakin
meningkat yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, jumlah lahan yang
digunakan sebagai lahan pertanian juga bertambah.
c. Lahan
Kehutanan
Sekitar 75%
daritotal daratan Indonesia dikelasifikasikan kawasan hutan, yang terbagi dalam
empat kategori berikut: hutan lindung (16%), hutan produksi terbatas (16%),
hutan produksi tetap (18%), dan hutan konveri yang dapat diubahuntuk pertanian
dan penggunaan lainnyaseluas 16%
(Departemen Kehutanan, 1986). Namun demikian proporsi luas setiap kawasan
tersebut selalu berubah, akibat tindakan pemerintah dan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya.
d. Lahan
Perkebunan
Dalam sektor
perkebunan, penggunaan lahan perkebunan
untuk produksi kelapa menduduki pringkat tertinggi, yaitu seluas 3 juta
hektar, diikuti lahan perkebunan karet (2,7 juta hektar), dan lahan perkebunan
kopi (878 hektar). sementara itu lahan perkebunan cengkeh mencakup area seluas
548 ribu hektar. Lahan perkebunan kelapa sawit, apuk erta tebu masing-masing
meliputi area seluas 469 ribu, 348 ribu, dan 341 ribu hektar.
3.
Perencanaan
penggunaan lahan
Perencanaan
penggunaan lahan pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan keserasian,
keseimbangan, kegunaan, dan intensitas penggunaan lahan dalam suatu wilayah
tertentu. Perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian perencanaan kota secara
menyeluruh.
Pengaturan
penggunaan lahan ini memerlukan peraturan perundang-undangan yang meliputi
pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
Mengingaat laju pembangunan yang pesat serat masih terbukanya kesempatan untuk membuat
keputusan yang memengaruhi penggunaan lahan, maka kajian menyeleruh terhadap
seluruh aspek kebijaksanaan penggunaan lahan sangat dibutuhkan.
C.
Manusia
dan Tanah
1.
Tekaanan
terhadap tanah
a. Pertambangan
terbuka
Pertambangan terbuka, baik bahan
galian golongan A, B, dan C, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan
kerusakan tanah. Sekalipun dilakukan reklamasi, pada umumnya masih jauh dari
memadai dibandingkan dengan kerusakan yang terjadi.
b. Pertanian
monokultur
System pertenaian modrn dicirikan
oleh peningkatan pola pertanian yaitu monokultur, suatu pola penanaman tanaman
pangan secara seragam atau tunggal. Oleh karena system ini dapat menyebabkan
meningkatnya laju erosi tanah serat mempercepat menurunnya kandungan bahan
organic dan hara dalam tanah, maka perlu dilengkapi dengan ikhtiar meningkatkan
pola tanam ganda (multiple cropping).
c. Peladangan
berpindahn
Di luar jawa, pertain peladang
berpindah diperkiraka mencai sekitar satu juta alebih kepala keluarga yang
mencakup area 7,3 juta hectare. Tanah bero di Kalimantan mencapai luas 11 juta
hectare. Diperkirakan setiap tahun sekitar 100 000 – 150 000 Hektare hutan
berubah area perladangan berpindah
d. Kerusakan
hutan
Kegiatan penguasaan hutan oleh
perusahan HPH jika tidak mempedulikan penanaman kembali, dapat menyebabkan
kemerosostan sumberdaya hutan dan menimbulkan kemerosostan sumberdaya tanah
berupa lahan kritis.
2.
Permasalahan
manusia dan tanah
a. Erosi
tanah
Pulau jawa
dicirikan oleh laju erosi tanah yang tinggi di berbagai daerah aliran sungai
yaitu mencap 2000 ton pertahun. Perkiraan erosi tanah di Indonesia berkisar 10
– 40 ton perhektar pertahun, dan laju tersebut bergantung pada, kemiringan
tanah, tanaman penutup, dan praktik pemanfaatan lahan.
Erosi tanaha
menyebabkan pelumpuran dan sedimentasi pada system irigasi. Di samping itu,
juga mempengaruhi produktifitas tambak dan system budidaya ikan lainnya.
Pelumpuran yang berlebihan dpata pula menyebabkan sungai dan pelabuhan menjadi
cepat dangkal.
b. Lahan
kritis
Berdasarkan data tahun 1989, luas
lahan kritis di Indonesia mencapai 10,8 juta hectare. Menurut perkiraan FAO
1989, luas lahan kritis di Indonesia telah mencapai 43 juta hectare. Kondisi
lahan kritis di Indonesia, menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Sumatera
dan Nusa tenggara, merupakan pulau yang menunnjukkan peningkatan jumlah lahan
kritis selama pelita 4.
c. Pencemaran
tanah
Kegiatan manusia yang menghasilkan
limbah rumah tangga, industry, dan penggunaan pestisida yang berlebihan dapat
mengakibatkan pencemaran tanah dalam bentuk menurunnya estetika kegunaan tanah
bagi petani, serta meningkatnnya kandungan residu peptisida.
3.
Pengenadalian
manusia terhadap tanah
Untuk mencegah
kerusakan tanah telah dilakukan usaha-usaha pengawatetan tanah untuk
mempertahankan produktifitas petani. Upaya yang dilakukan tidak hanya terbatas
pada aspek fisik tanah seperti terasering, penghijauan, dan pembangunan
fasilitas pengendalian erosi. Namun demikian juga dilakukan usaha peningkatan
partisipasi petani, dan koordinasi pembangun daerah aliran sungai.
D.
Manusia
dan Air
Selain untuk
minum, air dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesejahteraan manusia, seperti
keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, proses industri dan pembangkit
tenaga listrik. Berbagai kegiatan manusia seperti pemukiman, industri, pertambangan
dan pertanian meneyebabkan timbulnya penecemaran air yaitu yang berasal dari
limbah maupun sampah rumah tangga, limbah industri, limbah pertmbangan, pupuk
dan pestisida.
Penegndalian
kualitas air memerlukan peran aktif dari kalangan penghasil air, pemakai air
maupun mereka yang secara potensial mencemari air dapat mengatasi permasalahn
kualitas dan kuantitas air serta dukungan peraturan dan kebijkan pemerintah
yang konsisten.
E.
Manusia
dan Hutan
Hutan bagi
manusia mempunyai dua fungsi pokok yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi
ekologis hutan menghisap karbon dari udara dan menegmbalikan oksigen bersih
kepada manusia. Hutan juga sebagai temapat hidup berbagai macam
tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik lainnya. Semua bahan yang kita makan berasal
dari flora dan fauna yang plasma nutfahnya berkembang di hutan. Semua obat yang
menyembuhkan penyakit berasal dari bahan hasil plasma nutfah hutan. Fungsi
ekonomis, manusia telah memanfatkan hutan dari geerasi ke generasi. Bahkan bagi
masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal
dan tempat mencari nafkah.
Pengelolaan
hutan dilakukan melalui pengendalian yang akurat terhadap produksi, perumusan
kebijakan ekonomi dan financial yang mencegah terjadinya eksploitasi dan
degradasi hutan, penyussunan basis dan stok hutan serta melakukan penelitian
dengan tujuan meningkatkan produktifitas, pemberian perhatian terhadap damapak
lingkungan dan social dari kegiatan penebanagan hutan, penegembangan hutan
produksi non kayu yang dilakukan di wilayah hutan, serta mencegah terjadinya
perladangan berpindah, peningkatan kemampuan untuk melakukan pemantauan
penerapan sisem insentif baik kepada para manejer hutan dan para pemegang HPH
dalam rangka meningkatkan pengelolaan hutan.
F.
Manusia
dan Pesisir Serta Lautan
Wilayah pesisir
dan lautan merupakan wadah beraneka ragam sumberdaya hayati. Wilayah ini di
satu sisi merupakan penunjang berbagai kegiatan antara lain pertambangan
energy, perhubungan, pariwisata, rekayasa kelautan, perikanan laut dan
penunjang kehidupan nelayan. Dalam upaya mengoptimalakn sumberdaya ini,
pengetahuan tentang kondisi dan karakteristik laut mulai dari pantai sampai
laut dalam perlu dikaji, karena setiap komponen ekosistem laut, merupakan dasar
yang diapakai dalam pengendalian dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Di
sisi lain pendekatan wilayah yang membagi laut menjadi wilayah perlindungan,
wilayah konservasi dan wilayah usaha sangat berguna bagi pemantauan dan
pengendalian.
G.
Manusia
dan Keanekaragaman Hayati
Sumberdaya
hayati merupakan bagaian mata rantai tatanan lingkungan hidup. Sumber tersebut
membentuk lingkungan ini hidup, yang mampu menghidupi manusia dari generasi ke
generasi. Makin beranekaragam sumber ini maka makin stabil tatanan lingkungan
dan makin banayak pilihan bagi umat manusia.
Salah satu usaha
untuk melestarikan keanekaragaman hayati adalah penetapan kawasan taman
nasional dan cagar alam. Selain untuk kelestraian keanekaragaan hayati, taman
nasional dan cagar alam berfungsi sebagai komersial, juga dapat digunakan untuk
pendidikan.
H.
Manusia
dan Atmosfer
Atmosfer bumi
sebagai media lingkungan merupakan bagian penting kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Dalam atmosfer terkandung gas oksigen, Nitrogen, CO2
helium dan gas lainnya yang berguna bagi proses fotosintesis. Proses ini
mengurangi kadar helium CO2, dan meningkatkan kadar O2.
Di samping itu fotosintesis juga membentuk lapisan ozon (O3) di
atmosfer atas (stratosfer), sehingga bumi terlindung sinar matahari
bergelombang pendek yang dapat mematikan makhluk hidup.
Beberapa
kebijakan dan program nasional dalam rangka memantau perubahan iklimdan
dampaknya antara lain: program pemantauan gas rumah kaca dan ozon di atmosfer,
pembatas emisi gas CO2, CH4, NO2 yang mengganggu atmosfer, pencarian alternatif
bagi teknologi non-CFC, pengembangan biotknologi dan keanekaragaman hayati, pembuatan
model dampak perubahan iklim di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar