Sabtu, 12 April 2014

IMPLEMENTASI KAJIAN EKOLOGI MANUSIA



IMPLEMENTASI KAJIAN EKOLOGI MANUSIA

OLEH :

ALUDIN AL AYUBI, S.Pi

A.       Kualitas Manusia dan Lingkungan
Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan permintaan  kebutuhan dasar (pangan, pemukiman, ketentaraman). Sumber daya alam dari lingkungan (air, mineral, tumbuhan, hutan pertanian, ikan, dan satwa lain). Pemanfaatan sumber daya alam selain memproduksi bahan komsumsi, juga menghasilkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Berbagai limbah tersebut dapat mengubah tatanan lingkungan, seperti terjadinya pencemaran (air, tanah, udara,) serta punahnya berbagai tumbuhan dan satwa. Keruskan lingkungan pada tingkat tertentu dapat mengganggu kegiatan manusia, antara lain beberapa kasus kelangkaan air, bersih, dan kenyamanan bermukim.
Pada dasarnya masalah lingkungan dapat diakibatkan oleh peistiwa alami maupun nonalami yakni kegiatan manusia. Masalah tersebut seharusnya dapat dicegah atau diminimalkann selama manusia mengerti dan menyadari keterkaitannya dengan lingkungan. Meskipun kepedulian manusia terhadap lingkungan dewasa ini semakin meningkat, namun karena bearnya tekanan penduduk, maka kondisi manusia dan lingkungan masih perlu ditingkatakan.
1.      Kualitas Anak dan Lingkungan
Peranan anak sebagai generasi penerus, perlu dipersiapkan kualitasnya dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik agar pada waktunya dapat tampil dengan kualitas yang tinggi.
a.       Status Gizi Anak
Keadaan gizi anak di Indonesia menunjukan kurang dari 50 persen balita yangb termasuk gizi cukup. Sebagian besar (>50%) menderita kurang gizi dari tingkat ringan hingga berat. Oleh karena itu, usahah peningkatan gizi anak masih sangat diperlukan di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan denga distribusi bahan pangan antara daerah secara merata, peningkatan komsumsi dan zat gizi, peningkatan koordinasi program gizi secara lintas sector, dan pengandalian tingkat komsumsi gizi berlebihan.
b.      Penyakit dan Kematian Anak
Tingkat kematian balita di Indonesia tahun 2001 sekitar 40 persen dari total kematian. Penyebab kematian anak usia kematian 1-4 tahun terbanyak (28%) adalah penyakit campak, dan 27%  akibat diare, dan sisa (45%) akibatpenyakit lain. Penebab kematian 19% jumlah usia anak dibawah usia 1 tahun adalah tetanus, 181% disebabkan gangguan pernapasan, 16% akibat diare, dan 14%  disebabkan infeksi saluran pernapasan (ISPA), sisanya (33%) akibat penyakit lain. Penyebab kematian terbanyak (42%) anak dibawah usia 1 bulan adalah gangguan perinatal 40% disebabkan tetanus, dan 6% akibat kelainan bawaan, sisanya (12%) akibat penyakit lain. Penyebab kematian terbanyak (24%) anak usia 1-11 bulan adalah penyakit tetanus, diikuti 22% disebabkan oleh ISPA, sisanya (54%) akibat berbagai penyakit lain (KMNKLFL, 1988).
Data diatas menunjukan bahwa kematian anak balita pada umumnya banyak disebabkan oleh senitasi lingkungan yang jelek, dan masih kurang perhatian sebagai sebagai besar orang tua terhadap pentingnya imunisasi.
c.       Anak Terlantar dan Kriminalitas
BPS (2001) melaporkan bahwa sejak tahun  1985, jumlah anak terlantardi Indonesia tercacat 2,8juta jiwa,hingga tahun 1988 menjadi 3,5juta jiwa. Hal itu ditentukan oleh factor rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan, sehinggga mengubah perilaku anak-anak, yang terwujud dalam tindak kenakalan  dan tindak criminal. Data kenakalan anak-anak di Indonesia menunjukan peningkatan selama tahun 1985-1989 dari 55 ribu menjadi 78 ribu aqnak usia 6-12 tahun. Prediksi analitis factor penyebab atau pengaruh terjadinya kondisi seperti ini adalah belum berhasil sepenuhnya pendidikan agama dan budi pekerti, di samping factor kemiskinan dan pendidikan umum.




2.      Kondisi Kependudukan
a.       Jumlah  dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia cukup besar dan selalu meningkat, jika pada tahun 1950 sebanyak 78 juta jiwa, menjadi 179 juta jiwa pada tahun 1990 dan 237,6 juta jiwa pada tahun 2010.
Dampak pertumbuhan penduduk antara, lain dapat ditunjukan secara komparatif pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi pangan (beras). Pertambahan penduduk setelah tahun 1983tren relative sejajarb dengan pertambahan produksi beras. Hal ini bahwa jika kondisi tersebut berlanjut maka akan terjadi krisis pangan pada masa mendatang
b.      Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk.Indonesian meningkat dari 85 juta/km2 pada tahun 1985menjadi 93 jiwa/ km2  pada tahun 1989, dan 124 jiwa/km2  pada tahun 2010. Pada tahun 1989 keoadatan tertinggi tetap. Tekanan penduduk yang terus bertambah ini menyeabakan penurunan kualitas hidup, baik kualitas manusia dan lingkungan. Misalnya, perkembangan sector informal yang sulit dilakuakan pengaturan; semakin besar tingkat pengangguran, peningkatan volume sampah kota; perkembangan pemukiman kumuh, dan penurunan sanitasi lingkungan.
c.       Rasio Ketergantungan dan Sturktur Penduduk
Pada tahun 1985 angka beban tanggungan Indonesia mencapai 75. Angka ini turun menjadi 70 pada tahu 1987, dan 68 pada tahun 1990.  Ini bearti bahwa pada tahun1990 setiap 100 orang produktif menanggung 68 orang nonproduktif. Beberapa factor yang mempengaruhi angka beban tanggungan, antara lain besarnya jumlah penduduk usia mudah (0-14) dan tingkat pengangguran. Emakin besar jumlah penduduk usia mudah, maka, tanpa memperluas kesempatan kerja angka beban tanggungan semakin meningkat
d.      Tingkat Kelahiran dan Kematian
Angka kematian bayi pada tahun 1987 mencapai 65 dan turun menjadi 58 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1988. Disbanding dengan Negara-negara Asean, Indonesia tahu 1987 menepati urutan tertinggi dalam angka kematian bayi diikuti Filipina, Thailan, Malaysia, da Singapura masing-masing sebesar 46,40,24 dan 9/ 1000 kelahiran hidup (Unicef, 1988). Tingkat kematian/1.000 penduduk pada tahun 1985/1986 mencapai 7/1.000 penduduk dengan kematian tertinggi disebabkan oleh penyakit diare. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya kualitas air, banyaknya sampah, serta buruknya sanitasi lingkungan. Angka harapan hidup menunjukan perkembangan yang semakin baik, dari 1987.
Angka kelahiran kasar (CBR) dalam kurun waktu 1950-1964 berkisar antara 42 dan 45. Pada awal p0elita I, CBR Indinesia mencapai 43, sedangkan pada akhir pelita IV tercacat sebesar 29 yang berarti terjadi penurunan sebesar 34% selama kurun waktu tersebut. Di bandingkan CBR Asia dengan 25 dan dunia 26 pada priode 1985-1990, maka CBR Indonesia masih relatif tinggi. Pada akhir tahun 1988 TFR I ndonesia mencapai 3,4 sedangkan 1 PR Asia sebesar 3,1 dan dunia 3,3.
e.       Migrasi Penduduk
Data Supa, 2008, menunjukan pada proporso penduduk migrasini di Indonesia mencapai angka 14,7% dari jumlah penduduk. Apabilah  dibandingkan antara proporsi migrasi antar kabupaten. Di beberapa pulau seperti Bali, Nusa Tegara  dan Sulawesi proporsi migrasi antar kabupaten lebih besar dari pada proporsi migrasi antar propinsi. Di pulau Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Irian jaya, prpporsi migrasi anrar propinsi  tampak  lebih besar dari pada prpporsi migrasi antar kabupaten. Di pulau Jawa perbandingan antar keduanya hampir seimbang.
Arus migrasi antar propinsi ini kemungkinan disebabkan adanya propinsi yang banyak menerima tranmigrasi, atau mempunyai keadaan social ekonomi yang baik. Hasil analisis data Supas 1985 menunjukan bahwa migrasi di Pulau Jawa banyak mengalir ke kota. Hal ini disebabkan oleh factor pendidikan, ekonomi dan sosial budaya yang merupakan daya tarik kuat.
f.       Pendidikan
Berdasarkan Supas 1985 masih terdapat 19% penduduk berumur 10 tahun yang buta huruf.  Di lihat dari tingkat pendidikan yang tamat, pada tahun 2006 masih terdapat 16% penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak/  belum sekolah dan 70% adalah perempuan. Ini merupakan penurunana dibandingkan tahun 1985 yaitu sebesar 19 persen. Penduduk yang hasil menamatka pendidikan akademi/ diploma dan universitas sebesar 0.7% pada tahun 2009, dan ini suatu peningktan dibandingkan denga tahun 2005 yaitu sebesar 0,6%.
g.      Tingkat Pengangguran
Pengangguran adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut refrensi waktu tertentu. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (KTAP) pada tahun 1986 sebesar 70,2 juta orang (57,3%) dan pada tahun 1987 meningkat memjadi 72,2 juta orang (57,4%). Jumlah penduduk yang mencari pekerjaan pada tahun 1936 tercacat sebesar 1,9 juta orang atau 2,7 persen dari jumlah angkatan kerja. Adapun pada tahun 1987 tercacat sebesar 1.843 juta orang atau 2,5% dari jumlah angktan kerja.
h.      Pendapatan dan Kemiskinan
Prodik Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, pada tahun 1983 mencapai 77 trilyiun rupiah meningkat menjadi 139 trilyun rupiah pada tahun 1988. Di antara Negara-negara. Asean , laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1985 berada di urutan pertama yaitu sebssar 6persen dan turun menjadi 5,7% pada tahun 1988. Dalam PDB tahun 1988 atas dasar harga konstan 1983, peranan sector pertanian menduduki urutan pertama dengan sumbangan sebesar 21% , diikuti sector industry pengolahan 18 persen dan pertambangan 16%. Di bandingkan dengan PDB tahun 1987, sector pertanian tidak meningkat peranannya
Hingga maret 2010, kemiskinan di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33% .Angkah tersebut dinilai turun sekitarb 1,51 juta jiwa dibandingkan tahun 2009 berjumlah 32,53 juta (14,15%) dengan perttumbuhan ekonomi 5,6%.
3.      Peningkatan Kualitas Manusia
a.       Keluarga Berencana
Untuk meningkatkan nlaju pertumbuhan penduduk selain program keluarga berencana (KB), juga dapat dilakukan melalui penerapan pengajaran anak, penundaan usia kawin, dan penciptaan norma, keluarga kecil bahagia dan sejahttera (NKKBS). Tranmigrasi dilakukan dalan rangka mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata, sedangkan peningkatan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan perluas kesempatan kerja dilakukan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b.      Transmigrasi
Pelaksanaan transmigrasi dimaksudkan sebagai upaya memecahkan masalah-masalah yang timbul oleh adanya ketikseibangan penyebaran dan tenga kerja.
c.       Perbaikan Gizi
Jika mendasarkan pada keadaan gizi anak Indonesia, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan status gizi kurang menjadi gizi cukup, sehingga minimal mencapai 60% dari banyak balita. Ststus gizi balita secara khusus perlu ditingkatkan, karena pada kelompok umur ini justru terjadi kenaikan jumlah balita yang kurang gizi. Hal ini berarti perbaikan gizi  harus diarakan pada perbaikan jenis pangan melalui pencitaan pangan yang berprotein dan kualitas tinggi, serta harga yang terjangkau terutama penduduk di pedesaan. Upaya lain adalah memberikan penyuluhan tentang aneka ragam dan jenis makanan yang bergizi. Semua upaya ini terpadu dengan program kesehatan dan pendidikan agar tercapai hasi yang optimal.
d.      Pemberantasan Penyakit
Dalam usaha mengurangi jumlah penderita sakit dan angkah kematian, maka perioritas pemberantasan diarahkan terhadap penyakit menular penyebab kematian, terutama yang terjadi di kalangan anak-anak dan penduduk usia prodiktif dengan jalan imunisasi BCG, DPT, polio, dan campak yang telah mencapai target sebesar 65% pada pelita IV.
Upaya lain yang dilakukan adalah nonmedis melalui program penyedian air bersih dan perbaiakan sanitasi lingkungan berupa pembangunan jamban keluarga, jamban sekolah, serta sarana penunjanglainnya seperti sumur, saluran air hujsn, saluran air kotor, dan tempat pembuangan sampah.
e.       Fasilitas Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pengadaan tenaga pengajar yang berkualitas merupakan salah satu usah peningkatan fasilitas pendidikan. Rasio murid terhadap guru di Indonesia untuk tingkat SD pada tahun 1987/1989 sebesar 24,1  dan pada tahun 1988/1989 turun menjadi 23,6; untuk tingkat SMTP pada tahun 1987/1988 sebesar 16,3 dan pada tahun 1988/1989 turun menjadi 15,6 ; untuk tingkat SMTA pada tahun 1987/1988 ssebesar 14,2 dan pada tahun 1988/1989  turun menjadi 13,4 sedangkan rasio mahasiswa  terhadap dosen untuk tingkat perguruan tinggi pada tahun 1987/1988 sebesar 24,3 dan pada tahun 1988/1989 turun menjadi 23,7. Provinsi dengan rasio murid terhadap guru tertinggi untuk tingkat SD adalah Lampung (30,9) dan yang terrendah adalah Sulawesi utara (15,8): untuk tingkat SMTP yang terenda adalah Bali (12,1); untuk tingakat SMTA, yang tertinggin adalah  Maluku (18,1) dan yang terendah adalah Di Yogyakarta (10,5). Rasio mahasiwa terhadap dosen untuk tingkat perguruan tinggi tertinggi adalah DI Aceh (36,8) dan yang terendah adalah Bengkulu(11,8).
B.        Manusia dan Penggunaan Lahan
1.    Perubahan Penggunaan Lahan
Tingginya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, dalam kurun waktu 1920-1980, menyebabkan jumlah penduduk perkotaan berkembang 11 kali lipat yaitu dari 2,8 juta hingga mencapai 33 juta jiwa.pada tingkat trtentu kota tidak lagi mampu menampung beban penduduk yang sedemikian besar. Gejala urban sprawl (penjarahan wilayah terbangun hingga melewati batas administratif  kota) dan konurbasi (penyatuan beberapa kota) merupakan akibat dari tingginya penduduk kota. Dalam kurun waktu 1980-1985 lua wilayah perkotaan di Indonesia telah bertambah sebesar 370.000 hektar. Akibatnya tentu berpengaruh pada daerah nonperkotaan. Pada periode 1980-2000, diperkirakan luas lahan pertanian dipulau Jawa berkurang sebesar 10 persen.
Lingkungkungan pemukiman kumuh, padat dan kotor banyaknya dijumpai di sekitar pusat kota, seperti di bataran sungai dan wilayah sempadan rel kereta api,semua ini mengakibatkan menurunya kualitas lingkungan. Untuk mengatasi hal ini pemerintah melaksanakan seperti program perbaikan kampong, konsolidasi lahan dan program peremajaan kota (urban renewal),   yaitu antara lain dengan pembangunan rumah susun dan rumah sewa serta fasilitas perkotaan lainnya.
2.      Penggunaan Lahan Sekarang
a.       Lahan Pemukiman Kota
Pada awal daswarsa 1990-an, penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perkotaan sudah mencapai 26%.
b.      Lahan Pertanian
Sekitar 15 juta hektar lahan digunakan untuk menghasilkan komoditas pangan seperti bera, jagung kacang-kanganan dan ubi kayu pada tahu 1986. Akibat kebutuhan pangan semakin meningkat yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, jumlah lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian juga bertambah.
c.       Lahan Kehutanan
Sekitar 75% daritotal daratan Indonesia dikelasifikasikan kawasan hutan, yang terbagi dalam empat kategori berikut: hutan lindung (16%), hutan produksi terbatas (16%), hutan produksi tetap (18%), dan hutan konveri yang dapat diubahuntuk pertanian dan penggunaan lainnyaseluas 16%  (Departemen Kehutanan, 1986). Namun demikian proporsi luas setiap kawasan tersebut selalu berubah, akibat tindakan pemerintah dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
d.      Lahan Perkebunan
Dalam sektor perkebunan, penggunaan lahan perkebunan  untuk produksi kelapa menduduki pringkat tertinggi, yaitu seluas 3 juta hektar, diikuti lahan perkebunan karet (2,7 juta hektar), dan lahan perkebunan kopi (878 hektar). sementara itu lahan perkebunan cengkeh mencakup area seluas 548 ribu hektar. Lahan perkebunan kelapa sawit, apuk erta tebu masing-masing meliputi area seluas 469 ribu, 348 ribu, dan 341 ribu hektar.
3.      Perencanaan penggunaan lahan
Perencanaan penggunaan lahan pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan keserasian, keseimbangan, kegunaan, dan intensitas penggunaan lahan dalam suatu wilayah tertentu. Perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian perencanaan kota secara menyeluruh.
Pengaturan penggunaan lahan ini memerlukan peraturan perundang-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan. Mengingaat laju pembangunan yang pesat serat masih terbukanya kesempatan untuk membuat keputusan yang memengaruhi penggunaan lahan, maka kajian menyeleruh terhadap seluruh aspek kebijaksanaan penggunaan lahan sangat dibutuhkan.




C.    Manusia dan Tanah
1.      Tekaanan terhadap tanah
a.       Pertambangan terbuka
Pertambangan terbuka, baik bahan galian golongan A, B, dan C, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan tanah. Sekalipun dilakukan reklamasi, pada umumnya masih jauh dari memadai dibandingkan dengan kerusakan yang terjadi.
b.      Pertanian monokultur
System pertenaian modrn dicirikan oleh peningkatan pola pertanian yaitu monokultur, suatu pola penanaman tanaman pangan secara seragam atau tunggal. Oleh karena system ini dapat menyebabkan meningkatnya laju erosi tanah serat mempercepat menurunnya kandungan bahan organic dan hara dalam tanah, maka perlu dilengkapi dengan ikhtiar meningkatkan pola tanam ganda (multiple cropping).
c.       Peladangan berpindahn
Di luar jawa, pertain peladang berpindah diperkiraka mencai sekitar satu juta alebih kepala keluarga yang mencakup area 7,3 juta hectare. Tanah bero di Kalimantan mencapai luas 11 juta hectare. Diperkirakan setiap tahun sekitar 100 000 – 150 000 Hektare hutan berubah area perladangan berpindah
d.      Kerusakan hutan
Kegiatan penguasaan hutan oleh perusahan HPH jika tidak mempedulikan penanaman kembali, dapat menyebabkan kemerosostan sumberdaya hutan dan menimbulkan kemerosostan sumberdaya tanah berupa lahan kritis.
2.   Permasalahan manusia dan tanah
a.       Erosi tanah
Pulau jawa dicirikan oleh laju erosi tanah yang tinggi di berbagai daerah aliran sungai yaitu mencap 2000 ton pertahun. Perkiraan erosi tanah di Indonesia berkisar 10 – 40 ton perhektar pertahun, dan laju tersebut bergantung pada, kemiringan tanah, tanaman penutup, dan praktik pemanfaatan lahan.
Erosi tanaha menyebabkan pelumpuran dan sedimentasi pada system irigasi. Di samping itu, juga mempengaruhi produktifitas tambak dan system budidaya ikan lainnya. Pelumpuran yang berlebihan dpata pula menyebabkan sungai dan pelabuhan menjadi cepat dangkal.
b.      Lahan kritis
Berdasarkan data tahun 1989, luas lahan kritis di Indonesia mencapai 10,8 juta hectare. Menurut perkiraan FAO 1989, luas lahan kritis di Indonesia telah mencapai 43 juta hectare. Kondisi lahan kritis di Indonesia, menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Sumatera dan Nusa tenggara, merupakan pulau yang menunnjukkan peningkatan jumlah lahan kritis selama pelita 4.
c.       Pencemaran tanah
Kegiatan manusia yang menghasilkan limbah rumah tangga, industry, dan penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran tanah dalam bentuk menurunnya estetika kegunaan tanah bagi petani, serta meningkatnnya kandungan residu peptisida.
3.      Pengenadalian manusia terhadap tanah
Untuk mencegah kerusakan tanah telah dilakukan usaha-usaha pengawatetan tanah untuk mempertahankan produktifitas petani. Upaya yang dilakukan tidak hanya terbatas pada aspek fisik tanah seperti terasering, penghijauan, dan pembangunan fasilitas pengendalian erosi. Namun demikian juga dilakukan usaha peningkatan partisipasi petani, dan koordinasi pembangun daerah aliran sungai.
D.    Manusia dan Air
Selain untuk minum, air dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesejahteraan manusia, seperti keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, proses industri dan pembangkit tenaga listrik. Berbagai kegiatan manusia seperti pemukiman, industri, pertambangan dan pertanian meneyebabkan timbulnya penecemaran air yaitu yang berasal dari limbah maupun sampah rumah tangga, limbah industri, limbah pertmbangan, pupuk dan pestisida.
Penegndalian kualitas air memerlukan peran aktif dari kalangan penghasil air, pemakai air maupun mereka yang secara potensial mencemari air dapat mengatasi permasalahn kualitas dan kuantitas air serta dukungan peraturan dan kebijkan pemerintah yang konsisten.
E.     Manusia dan Hutan
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan menghisap karbon dari udara dan menegmbalikan oksigen bersih kepada manusia. Hutan juga sebagai temapat hidup berbagai macam tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik lainnya. Semua bahan yang kita makan berasal dari flora dan fauna yang plasma nutfahnya berkembang di hutan. Semua obat yang menyembuhkan penyakit berasal dari bahan hasil plasma nutfah hutan. Fungsi ekonomis, manusia telah memanfatkan hutan dari geerasi ke generasi. Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah.
Pengelolaan hutan dilakukan melalui pengendalian yang akurat terhadap produksi, perumusan kebijakan ekonomi dan financial yang mencegah terjadinya eksploitasi dan degradasi hutan, penyussunan basis dan stok hutan serta melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan produktifitas, pemberian perhatian terhadap damapak lingkungan dan social dari kegiatan penebanagan hutan, penegembangan hutan produksi non kayu yang dilakukan di wilayah hutan, serta mencegah terjadinya perladangan berpindah, peningkatan kemampuan untuk melakukan pemantauan penerapan sisem insentif baik kepada para manejer hutan dan para pemegang HPH dalam rangka meningkatkan pengelolaan hutan.
F.     Manusia dan Pesisir Serta Lautan
Wilayah pesisir dan lautan merupakan wadah beraneka ragam sumberdaya hayati. Wilayah ini di satu sisi merupakan penunjang berbagai kegiatan antara lain pertambangan energy, perhubungan, pariwisata, rekayasa kelautan, perikanan laut dan penunjang kehidupan nelayan. Dalam upaya mengoptimalakn sumberdaya ini, pengetahuan tentang kondisi dan karakteristik laut mulai dari pantai sampai laut dalam perlu dikaji, karena setiap komponen ekosistem laut, merupakan dasar yang diapakai dalam pengendalian dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Di sisi lain pendekatan wilayah yang membagi laut menjadi wilayah perlindungan, wilayah konservasi dan wilayah usaha sangat berguna bagi pemantauan dan pengendalian.
G.    Manusia dan Keanekaragaman Hayati
Sumberdaya hayati merupakan bagaian mata rantai tatanan lingkungan hidup. Sumber tersebut membentuk lingkungan ini hidup, yang mampu menghidupi manusia dari generasi ke generasi. Makin beranekaragam sumber ini maka makin stabil tatanan lingkungan dan makin banayak pilihan bagi umat manusia.
Salah satu usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati adalah penetapan kawasan taman nasional dan cagar alam. Selain untuk kelestraian keanekaragaan hayati, taman nasional dan cagar alam berfungsi sebagai komersial, juga dapat digunakan untuk pendidikan.
H.    Manusia dan Atmosfer
Atmosfer bumi sebagai media lingkungan merupakan bagian penting kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam atmosfer terkandung gas oksigen, Nitrogen, CO2 helium dan gas lainnya yang berguna bagi proses fotosintesis. Proses ini mengurangi kadar helium CO2, dan meningkatkan kadar O2. Di samping itu fotosintesis juga membentuk lapisan ozon (O3) di atmosfer atas (stratosfer), sehingga bumi terlindung sinar matahari bergelombang pendek yang dapat mematikan makhluk hidup.
Beberapa kebijakan dan program nasional dalam rangka memantau perubahan iklimdan dampaknya antara lain: program pemantauan gas rumah kaca dan ozon di atmosfer, pembatas emisi gas CO2, CH4, NO2 yang mengganggu atmosfer, pencarian alternatif bagi teknologi non-CFC, pengembangan biotknologi dan keanekaragaman hayati, pembuatan model dampak perubahan iklim di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar