SUKSESI LINGKUNGAN
OLEH
ALUDIN AL AYUBI, S.Pi
Pendahuluan
Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat diingkari. Segala sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah
merupakan suatu stadium dari deretan proses perubahan yang tidak pernah ada
akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat
relatif karena keadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari komponennya
mengalami perubahan.
Vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar
menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat
hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai
keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam
menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi urutan proses pergantian
komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat atau kecenderungan kompetitif
setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks atau
proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni
sederhana ke yang lebih kompleks. Pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga
habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik
tercapai.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi
bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami
perubahan sepanjang masa.Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan
keseimbangan disebut suksesi ekologi atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai
akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses
suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah
tercapai keadaan seimbang (homeostatis).Di alam terdapat dua macam suksesi
yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder
Pengertian Suksesi
Suksesi adalah suatu
proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu
komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Akhir proses suksesi
komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas
klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai
keseimbangan dengan lingkungannya.
Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan,
yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan
dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Beberapa ahli mengatakan
bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu mengalami kemajuan,
sehingga membawa pengertian ke dua hal:
§ Pergantian progresif pada kondisi tanah
(habitat) yang biasanya
pergantian itu dari habitat yang
ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
§ Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan
(life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup
hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas
struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin
saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti
itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang
mengalami kemunduran).
Faktor Penyebab Suksesi
Faktor
Alam
-
Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar
dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat
rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat
yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan
mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali
membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
-
Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara
lain:
·
Erosi:
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses
erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
·
Pengendapan (denudasi):
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah
diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan
vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
-
Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di
lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di
padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh
kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
Faktor
Campur Tangan Manusia
Suksesi lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia jauh
lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
proses alam. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia
berlangsung secara terus menerus dan makin lama makin besar pula kerusakan yang
ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia terjadi
dalam berbagai bentuk seperti pencemaran, pengerukan, penebangan hutan untuk
berbagai keperluan, dan sebagainya.
Limbah-limbah yang dibuang dapat berupa limbah cair maupun
padat, bila telah melebihi ambang batas, akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan,
termasuk pengaruh buruk pada manusia. Salah satu contoh kasus pencemaran
terhadap air yaitu “Kasus Teluk Minamata” di Jepang. Ratusan orang meninggal
karena memakan hasil laut yang ditangkap dari Teluk Minamata yang telah
tercemar unsur merkuri (air raksa). Merkuri tersebut berasal dari limbah-limbah
industri yang dibuang ke perairan Teluk Minamata sehingga kadar merkuri di
teluk tersebut telah jauh di atas ambang batas.
Kasus-kasus pencemaran perairan telah sering terjadi karena
pembuangan limbah industri ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut.
Kebocoran-kebocoran pada kapal-kapal tanker dan pipa-pipa minyak yang
menyebabkan tumpahan minyak ke dalam perairan, menyebabkan kehidupan di tempat
itu terganggu, banyak ikan-ikan yang mati, tumbuh-tumbuhan yang terkena
genangan minyak pun akan musnah pula.
Pengerukan yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan
seperti pertambangan batu bara, timah, bijih besi, dan lain-lain telah
menimbulkan lubang-lubang dan cekungan yang besar di permukaan tanah sehingga lahan
tersebut tidak dapat digunakan lagi sebelum direklamasi.
Penebangan-penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan
pertanian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan
lingkungan kehidupan yang luar biasa. Kerusakan lingkungan kehidupan yang
terjadi menyebabkan timbulnya lahan kritis, ancaman terhadap kehidupan flora,
fauna dan kekeringan.
Pembagian suksesi
Pada Suksesi
terdapat dua jenis yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan suksesi
sekunder, yang membedakan antara suksesi primer dan suksesi sekunder terletak
pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan
mengenai suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer
terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas
awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut akan
terbentuk substrat dan habitat baru.
a.
Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah
longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan
endapan pasir di pantai.
b.
Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang
terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang
pernah meletus pada tahun 1883.Di daerah bekas letusan gunung Krakatau
mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang
tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah
sederhana.
Bila tumbuhan
perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karna
aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah
yang lebih kompleks susunannya.Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari
luar daerah dapat tumbuh dengan subur.Kemudian rumput yang tahan kekeringan
tumbuh.Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman
pioner dengan menaunginya.Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi
sebaliknya.
Sementara itu,
rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan
lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah
menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.Tumbuhan semak menaungi rumput dan
belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian
pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah
ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai
klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
2 2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi
jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total
tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak
dari komunitas pionir.
Gangguan yang
menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau
akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir,
kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan.
Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal
hutan.
Apabila
dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami ataupun
buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat
tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan
kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang
taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan
dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan
suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar
bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.
Kebakaran sering kali terjadi
seiring dengan datangnya musim kering atau yang dikenal juga dengan musim
kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor baik yang disebabakan
oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran yang terjadi
karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang
tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api,
bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi
setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya
terjadi di pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di
sebagian wilayah Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya.
Tidak hanya hilangnya vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber
pakannnya juga mengakibatkan mereka harus bergerak ke habitat lain.
Implikasi Suksesi Terhadap Lingkungan
Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa yang tersebar di pulau-pulau yang berbeda. Masing-masing
suku membentuk struktur masyarakat adat yang memiliki aturan, pengetahuan, dan
pemahaman tentang lingkungan tempat tinggal masing-masing. Ternyata banyak
masyarakat adat (indigenous people) yang memiliki kearifan lokal yang
sangat mendukung pelestarian lingkungan. Mereka memiliki pandanganpandangan
tertentu yang terbukti inovatif dan efektif dalam mengelola sumber daya di
lingkungannya sehingga tidak terjadi eksploitasi besar-besaran yang menyebabkan
kerusakan lingkungan.
Sebenarnya kita bisa
banyak belajar dari kearifan lokal nenek moyang kita tentang bagaimana cara
memperlakukan lingkungan dengan baik dan bersahabat. Meski secara teoretis mereka
buta pengetahuan, tetapi di tingkat praksis mereka mampu membaca tanda-tanda
dan gejala alam melalui kepekaan intuitifnya. Masyarakat
Papua,
misalnya, memiliki budaya dan adat istiadat lokal yang lebih mengedepankan
keharmonisan dengan alam.
Mereka pantang melakukan perusakan
terhadap alam karena dinilai bias menjadi ancaman besar bagi budaya mereka.
Alam bukan hanya sumber kehidupan, melainkan juga sahabat dan guru yang telah
mengajarkan banyak hal bagi mereka. Dari alam mereka menemukan falsafah hidup,
membangun religiositas dan pola hidup seperti yang mereka anut hingga kini.
Memanfaatkan alam tanpa mempertimbangkan eksistensi budaya setempat tidak beda
dengan penjajahan. Masih banyak contoh kearifan lokal di daerah lain yang sarat
dengan pesan-pesan moral bagaimana memperlakukan lingkungan dengan baik.
Walaupun demikian, tugas kita
sebagai seorang ilmiah juga harus banyak melakukan penelitian dan pengembangan
dalam hal mengatasi kerusakan lingkungan. Isu kerusakan lingkungan yang
dianggap penting saat ini adalah penurunan keanekaragaman yang disebabkan oleh
majunya agrikultur, pembukaan lahan pertambakan, pemboman ikan dan lain-lain.
Krisis keanekaragaman meluas ke setiap hirarki mulai dari susunan genetik
populasi hingga ke komunitas, ekosistem, dan kesatuan regional ekosistem yang
saling berinteraksi yang disebut bentang alam. Penyelamatan spesies individual
dan mempertahankan keanekaragaman genetik terus menjadi bagian dari biologi
konservasi modern.
Melihat isu tersebut maka tugas
kita sebagai seorang ilmiahwan harus menyusun suatu konsep atau usaha untuk
memulihkan kembali lingkungan yang rusak. Konsep-konsep tersebut harus disusun
berdasarkan berbagai bidang diantaranya adalah :
a . Bidang
Kehutanan
Kerusakan hutan yang semakin parah dan meluas, perlu
diantisipasi dengan berbagai upaya.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan antara
lain :
1.
Penebangan pohon dan penanaman
kembali agar dilakukan dengan seimbang sehingga hutan tetap lestari.
2.
Memperketat pengawasan terhadap
penebangan-penebangan liar, dan memberikan hukuman yang berat kepada mereka
yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
3.
Penebangan pohon harus dilakukan
secara bijaksana. Pohon yang ditebang hendaknya yang besar dan tua agar
pohon-pohon yang kecil dapat tumbuh subur kembali.
4.
Melakukan reboisasi (penanaman hutan
kembali) pada kawasan-kawasan yang hutannya telah gundul, dan merehabilitasi
kembali hutan-hutan yang telah rusak.
5.
Memperluas hutan lindung, taman
nasional, dan sejenisnya sehingga fungsi hutan sebagai pengatur air, pencegah
erosi, pengawetan tanah, tempat perlindungan flora dan fauna dapat tetap
terpelihara dan lestari.
b . Bidang
Pertanian
1.
Mengubah sistem pertanian berladang
(berpindah-pindah) menjadi pertanian menetap seperti sawah, perkebunan,
tegalan, dan sebagainya.
2.
Pertanian yang dilakukan pada lahan
tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras (sengkedan) sehingga bahaya erosi
dapat diperkecil.
3.
Mengurangi penggunaan pestisida yang
banyak digunakan untuk pemberantasan hama tanaman dengan cara memperbanyak
predator (binatang pemakan) hama tanaman karena pemakaian pestisida dapat
mencemarkan air dan tanah.
4.
Menemukan jenis-jenis tanaman yang
tahan hama sehingga dengan demikian penggunaan pestisida dapat dihindarkan.
c . Bidang
Industri
1.
Limbah-limbah industri yang akan
dibuang ke dalam tanah maupun perairan harus dinetralkan terlebih dahulu
sehingga limbah yang dibuang tersebut telah bebas dari bahan-bahan pencemar.
Oleh karena itu, setiap industri diwajibkan membuat pengolahan limbah industri.
2.
Untuk mengurangi pencemaran udara
yang disebabkan oleh asap industri yang berasal dari pembakaran yang
menghasilkan CO (Karbon monooksida) dan CO2 (karbon dioksida),
diwajibkan melakukan penghijauan di lingkungan sekitarnya. Penghijauan yaitu
menanami lahan atau halaman-halaman dengan tumbuhan hijau.
3.
Mengurangi pemakaian bahan bakar
minyak bumi dengan sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti energi
listrik yang dihasilkan PLTA, energi panas bumi, sinar matahari, dan
sebagainya.
4.
Melakukan daur ulang (recycling)
terhadap barang-barang bekas yang tidak terpakai seperti kertas, plastik,
aluminium, best, dan sebagainya. Dengan demikian selain memanfaatkan limbah
barang bekas, keperluan bahan baku yang biasanya diambil dari alam dapat
dikurangi.
5.
Menciptakan teknologi yang hemat
bahan bakar, dan ramah lingkungan.
6.
Menetapkan kawasan-kawasan industri
yang jauh dari permukiman penduduk.
d . Bidang
Perairan
1.
Melarang pembuangan limbah rumah
tangga, sampah-sampah, dan benda-benda lainnya ke sungai maupun laut karena
sungai dan laut bukan tempat pembuangan sampah.
2.
Perlu dibuat aturan-aturan yang
ketat untuk penggalian pasir di laut sehingga tidak merusak lingkungan perairan
laut sekitarnya.
3.
Pengambilan karang di laut yang
menjadi tempat berkembang biak ikan-ikan harus dilarang.
4.
Perlu dibuat aturan-aturan penangkapan
ikan di sungai/laut seperti larangan penggunaan bom ikan, pemakaian pukat
harimau di laut yang dapat menjaring ikan sampai sekecil-kecilnya, dan
sebagainya.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar