PEMBANGUNAN DI WILAYAH
PESISIR
DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
OLEH
ALUDIN AL AYUBI, S.Pi
PENDAHULUAN
Wilayah
pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi.
Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem,
sehingga dunia memiliki kepedulian terhadap wilayah ini, khususnya di bidang
lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Secara historis, kota- kota penting dunia bertempat tidak jauh dari laut. Alasannya,
kawasan ini memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan, serta
memudahkan terjadinya pedagangan antar daerah, pulau dan benua. Selain itu,
wilayah pesisir juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang besar air
laut ke darat, yaitu dengan keberadaan hutan mangrove. Pernyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh
(Harada dan Fumihiko dalam Anwar dkk., 2006), bahwa
ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m2 dengan
diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami.
Akan
tetapi pada era sekarang ini terjadi peningkataan pembangunan yang begitu pesat
di kawasan perkotaan di dunia, termasuk Indonesia sehingga pembangunan yang
berlangsung cepat tersebut terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap
lingkungan wilayah pesisir dengan berbagai pembangunan yang dilakukan telah
menimbulkan kerusakan ataupun bencana ekologis di kawasan pesisir. Hal ini
terbukti dari berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di kawasan pesisir
seperti pembangunan pelabuhan, industri, perumahan, pariwisata, pertambangan
dan perikanan memunculkan berbagai isu dan masalah sebagai hasil dari
penggunaan dan pemanfaatannya serta konflik kepentingan antara berbagai pihak (Soetomo, 2005).
Salah satu
masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah bagaimana
menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan disatu sisi
dan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan disisi lain (Fauzi,2004). Pembangunan
ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu
sendiri, karena pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki
kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang
tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan permasalahan
pembangunan dikemudian hari.
Keadaaan
di atas sebenarnya terjadi akibat ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan kawasan
pesisir sehingga mengakibatkan tumpang tindihnya pemanfaatan sumberdaya wilayah
pesisir. Sebagaimana yang kita temukan dalam realita kehidupan bahwa terlalu
banyak pihak (lembaga maupun departemen) terkait dan mungkin mengaitkan diri
dengan kawasan ini sehingga dampak yang muncul adalah timbulnya pengeluhan atau
keresahan dari berbagai kalangan masyarakat setempat. Hal ini serupa dengan
yang dikatakan oleh Mulyadi, (2008)
bahwa pemerintah merupakan pemilik kawasan, sehingga boleh dikatakan bahwa pemerintah mempunyai
wewenang dalam mengatur pemanfaatan kawasan pesisir, tetapi apabila pemerintah sebagai pemegang wewenang boleh dikatakan
tidak berdaya dalam mengatur permasalahan ini maka bukan efek positif yang akan
muncul melainkan kedepannya efek negatif
yang muncul sehingga sebagai akibatnya terjadinya pencemaran atau kerusaan
lingkungan atau kawasan pesisir yang ada yang akan membawa dampak buruk dan mempengaruhi taraf hidup dari
berbagai kalangan masayarakat.
ISU-ISU
PENTING TENTANG PEMBANGUNAN DI WILAYAH PESISIR
Wilayah pesisir
beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi dunia,
karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi internasional karena pada
wilayah ini terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan
memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum dikembangkan secara
optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini baru sekitar 58,5% dari
potensi lestarinya yang termanfaatkan (Dahuri, 2001). Selain itu wilayah Pesisir merupakan wilayah
yang strategis bagi perkembangan permukiman perkotaan dan pusat desa-desa
nelayan, sebagai tempat produksi seperti industri, pusat terminal transportasi
laut (pelabuhan).
Hal ini jika
dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pesisir di Indonesia maka umumnya masyarakat
pesisir di Indonesia masih memiliki permasalahan rendahnya tingkat
kesejahteraan dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang
rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat
wilayah pesisir. Salah satu penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana
pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas
lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya
ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya
produktivitas (Key dkk., 1999).
SOLUSI
DARI ISU-ISU PENTING YANG ADA
a.
Strategi
Pembangunan Berkelanjutan
1.
Pembangunan yang Menjamin
Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan
dan keadilan sosial harus dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi
sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan,
meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.
Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan
adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi
etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan
pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak
negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian
pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat
dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan
generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi
kebutuhannya.
2.
Pembangunan yang Menghargai
Keanekaragaman
Pemeliharaan
keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam
selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang.
Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem..
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata
terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat
dapat lebih dimengerti.
3.
Pembangunan
yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan
berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia
mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan
memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan
sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan
yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat
dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
4.
Pembangunan yang Meminta Perspektif
Jangka Panjang
Masyarakat
cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,.implikasi pembangunan
berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan
berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi
normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif
pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi
pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.
b.
Pendekatan Pembangunan
Berkelanjutan
Secara ideal
keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap
keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup:
1.
Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan
ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan.
Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk
menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:
§ Memelihara
integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan dibumi tetap
terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara
dan seluruh kehidupan berkelanjutan.
§ Tiga aspek yang
harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan yaitu daya
dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan.
ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan
lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi
konversi lahan subur dan kelola dengan buku mutu ekologis yang tinggi, dan
limbah yang dibuang tidak melampaui daya asimilatifnya lingkungan.
§ Memelihara
keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan
keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian jasa pada
manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek keanekaragaman hayati
yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan. Untuk
mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-hal berikut yaitu
“menjaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang kekhasan sumberdaya
hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara seluas mungkin area ekosistem
yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman
spesies, konservatif terhadap konversi lahan pesisir.
2.
Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan
ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama keduanya mempunyai
keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan lainya. Keberlanjutan
ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong
efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional.
Tiga elemen
utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan
ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi
kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro
ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik,
mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan,
kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya
manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.
3.
Keberlanjutan Ekonomi Sektoral
Penyesuaian
kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi makro secara jangka pendek
akan mengakibatkan distorsi sektoral yang selanjutnya mengabaikan keberlanjutan
ekologis. Hal ini harus diperbaiki melalui kebijaksanaan sektoral yang spesifik
dan terarah. Oleh karena itu penting mengindahkan keberlanjutan aktivitas dan
ekonomi sektoral.
Untuk mencapai
keberlanjutan ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan terhadap kegiatan
ekonomi. Pertama, sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat dihitung harus
diperlakukan sebagai kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi,
kedua, secara prinsip harga sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi,
ditambah biaya lingkungan dan biaya pemanfaatannya. Pakar ekonomi harus
mengidentifikasi dan memperlakukan sumber daya sebagai sumber yang terpulih,
tidak terpulihkan, dan lingkungan hidup. Sumber yang terpulihkan seperti hutan
dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan bila tidak memperlakukan
produktivitas ekonomi sebagai fungsi yang pasif atau jasa yang mengalir;
menggunakan prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, sedangkan sumber yang tidak
terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan berkurang bila dimanfaatkan. Oleh
karena itu pada kondisi seperti ini konsep sustainable yeild tidak boleh
diterapkan.
Pembangunan
berkelanjutan dalam konteks sumberdaya yang tidak dapat dipulihkan berarti:
pemanfaatan secara efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi masa
mendatang dan diupayakan agar dapat dikembangkan substitusi dengan sumberdaya
terpulihkan; membatasi dampak lingkungan pemanfaatannya sekecil mungkin, karena
sumberdaya lingkungan adalah biosfer, secara menyeluruh sumberdaya ini tidak
menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan kualitasnya.
4.
Keberlanjutan Sosial Budaya
Secara
menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam keadilan sosial,
harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan
sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:
§ Stabilitas
penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat, kesadaran
dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita, meningkatkan
kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
§ Memenuhi
kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi kemiskinan
absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi kesenjangan
pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap
keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan
yang merata, pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
§ Mempertahankan
keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai sistem sosial dan
kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan pengetahuan
tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.
§ Mendorong
pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa persyaratan
dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus diberikan
pada pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama, investasi
pada perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses
pendidikan dan kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi
dan perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset produksi yang
adil dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui
keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.
REKOMENDASI
Perkembangan
kawasan pesisir harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan ruang dan harus
memperhatikan kesesuaian lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan pembangunan di wilayah pesisir dalam konteks penataan dan pengembangan
wilayah demi peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir sebagai berikut:
1.
Adanya
aturan/kebijakan pemerintah untuk masing-masing tipe pemanfaatan di kawasan
pesisir, seperti kawasan permukiman, kawasan rekreasi dan lain-lain.
2. Mengefektivitas
aparat pemerintah yang bersangkutan sebagai koordinator perencanaan dan
pembangunan daerah umumnya dan daerah pantai khususnya secara terpadu dan
menyeluruh.
3.
Meningkatkan
pajak bumi dan bangunan di kawasan pesisir.
4. Perlunya
pengendalian kepemilikan tanah di daerah pantai dengan dilandasi oleh peraturan-peraturan
tanah yang berlaku saat ini.
5. Perlu
ditingkatkan pengawasan dan pengendalian transaksi jual beli tanah di kawasan
pesisir dengan melandaskan kepada peraturan perundangan pertanahan yang
berlaku.
6.
Adanya
pemetaan (mapping) daya dukung. Daerah-daerah yang ditata untuk pembangunan sebaiknya dilengkapi dengan
informasi daya dukung lingkungan (environmental carrying capacity).
Informasi ini menjadi rambu-rambu baik bagi kegiatan yang sudah berjalan maupun
kegiatan yang ditoleransi boleh masuk.
7.
Perlunya
pengembangan peraturan perundang-undangan pembangunan lahan di daerah pantai.
REFERENSI
Anwar, Chairil, dan Gunawan H. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial
Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah
Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006.
Dahuri
R. 2001. Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : Pt
Pradnya Paramita.
Djajadinigrat, 2001 Untuk Generasi Masa
Depan: “Pemikiran, Tantangan dan Permasalah
Lingkungan”, ITB.
Djojodipuro,
Marsudi. 1992. Teri Lokasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FakultasEkonomi
Universitas Indonesia.
Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, Teori dan Aplikasi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Heal,G.1998
Valuing the Future : Economic Theory and Sustainability. Columbia University
Press.New York.
Kay,
Robert and Jacqueline Alder. 1999. Coastal Planing and Management.
London : Penerbit E & FN Spon Press.
Mulyadi.
2008. Ekonomi Kelautan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soetomo,
Sugiono. 2005. Sistem Pembangunan Hunian Masyarakat di Wilayah Pesisir. Workshop dan Pelatihan pembangunan
Wilayah Pesisir berkelanjutan di kabupaten
Aceh besar.
Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan
Global; Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana; IPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar